4.12.2014

Homecoming

You are here in this city, you are back again to the same old routines. Or maybe not? While I keep on eating instant noodles after midnight for 3 days in a row, your innocence kept on haunting me. There are only two options: know or having to not know at all. My mind falls in neither in those two. The butterfly in my stomach is no longer there since last Thursday. Your return apparently is not the answer to my questions. Yet, I am still somewhat insecure and fragile to some point, I will no longer run. I will just wait and see.


1.23.2014

Berhenti sejenak untuk berkontemplasi

Perhaps I keep on faking it, saying "I'm fine" to everyone who asked the simple question of "how are you?". Perhaps I push myself too much, giving commitments to everything I thought I could manage. Perhaps my past ambitions have come back to me again, and letting me not in control of myself. Perhaps, and perhaps. 

To many I have told lies, lies of me stating I am doing great. In fact, I am not. These past few months have been difficult, and many times I just feel that I am a failure. Several times I have been thinking to give up and just end everything, but the faces of several people keep haunting me. Those faces are the ones who keep me moving. Those faces are real and alive, they keep me alive. Those faces have not let me give up on myself and are the backbones to my dreams. They did not let me to simply give up, and I am very thankful for them. To have them as a part of my life is more than just a blessing.

Through my depression and other issues I had to deal and am dealing with, I have learned a lot. I still cannot say that I am fine for now, all I can say is that I am feeling better. I have not reached to the point where I have gained my focus back, but gradually, slowly but sure, I am moving forward.

Through my tears, insecurities and worries I began to understand the importance of appreciating every moment I have, every experience I have to go through and every person I have to deal with. Life is tough, but I must go on. I should no longer think to press the 'stop' button, instead I should press 'pause' and learn to be thankful for every single moment. I believe these past few months have helped me grow, not to be successful nor extraordinary, but to simply enjoy live life as it is.



8.27.2013

Seminggu

Seminggu belakangan ini hari-hariku diisi dengan berada di ruangan yang kira-kira besarnya sedikit lebih besar dari kamar tidurku, membuka mulut sambil tersenyum, mentransfer dan berbagi ilmu pada anak-anak yang duduk di sekolah dasar. Sudah 6 hari aku menjadi guru.

Muridku ada 7 orang: A, A, D, D, D, I dan R, dan mulai besok I akan menjadi ketua kelas. Mengajar itu butuh latihan dan tidak semudah yang banyak orang kira. Dan aku berusaha semaksimal mungkin untukmembuat mereka belajar berpikir, tidak seperti beberapa guruku di sekolah k yang cukup kolot: hanya menyuruh kami untuk menghafal. Aku berusaha mengingat metode-metode mengajar guru-guru di sekolah np (m dan hs) dahulu.

1.14.2013

Mimpi

Mimpi. Sebuah kata yang terdiri dari lima huruf, tidak lebih. Namun dari lima huruf tersebut pengaruhnya bisa menjadi berjuta-juta kali lipat.

Aku masih ingat betul, mimpi-mimpiku dahulu, ketika aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Mulai dari keinginan untuk menjadi petenis terkenal karena melihat Serena Williams, ingin menjadi desainer ternama dan memiliki label sendiri, ingin menjadi menteri lingkungan karena kesal melihat orang-orang menghabis-habiskan kertas, ingin menjadi menteri pendidikan supaya dapat membuat peraturan pendidikan sendiri, hingga ingin menjadi seorang psikolog bagi anak-anak berkebutuhan khusus karena lelah melihat beberapa teman mengolok-olok seorang teman dengan Asperger. Bila dilihat kembali, semua itu mungkin memang tidak memiliki hubungan yang erat. Tetapi satu: aku menggantungkan mimpi-mipi itu setinggi mungkin dengan optimisme yang tinggi.

Mimpiku sekarang mungkin berbeda, berbeda dengan mimpiku ketika di sekolah dasar, berbeda dengan mimpiku ketika aku menuliskan esai untuk aplikasi program pertukaran pelajar yang kemudian membawaku ke Norwegia, dan mungkin juga sedikit banyak berbeda dengan apa yang kutulis pada aplikasi ke universitasku saat ini.

Beberapa mimpiku masa kecil telah kuraih, beberapa sedang kucoba untuk meraihnya, sebagian lainnya hanya kusimpan dalam dunia pikiranku sendiri, sedangkan sisanya hanya berhasil bertahan sesaat.

Aku sekarang mungkin telah menjadi seorang yang lebih realistis dibanding diriku sekian tahun yang lalu, tetapi dengan begitu tidak berarti bahwa motivasiku untuk meraih segala mimpi dan cita kemudian turun. Rintangan demi rintangan tentu akan datang, mungkin sementara akan menghambatku untuk meraih sekian mimpi dan cita, namun selanjutnya akan menjadi batu pijakan untuk kemudian meraih mimpi-mimpi itu. Perjalanan masih panjang, tetapi aku percaya akan selalu ada cahaya di akhir setiap terowongan.



1.09.2013

Sudah 19 tahun aku hidup,
19 tahun aku bernafas, 
Menjadi saksi sekian banyak kejadian, cerita, tragedi dan kebahagiaan.

--Goresan pena menjelang ulang tahunku yang ke 20, tahun lalu

Sepercik memori akhir tahun dua ribu dua belas

Aku baru saja sadar, bahwa sudah sekian lama aku tidak mempublikasikan goresan-goresan penaku di dunia maya. Setengah tahun.

Malam pergantian tahun baru kuhabiskan dalam dunia mimpi, aku harus tidur karena keesokkan harinya aku harus bangun pagi. Ya, bangun pagi untuk melayani keluarga-keluarga di negeri yang sedang kutinggali dan pasangan-pasangan negeri ginseng yang sedang jatuh cinta menghabiskan waktu liburan mereka di tempat penginapan dimana aku bekerja.

Beberapa jam sebelum aku tidur, rasa syukur akan tahun yang lalu kemudian muncul, meskipun aku pada akhirnya harus menghabiskan malam itu sendiri, di tengah kesunyian Yufuin, jauh dari orang-orang yang kusayangi. Namun aku tidak seharusnya mengeluh berkepanjangan, masih banyak pekerja-pekerja lain di belahan dunia lain yang telah bertahun-tahun tidak pulang, sekian lama mereka belum dapat menghabiskan momen-momen penting bersama keluarga dan orang-orang yang mereka sayangi. Jadi aku rasa aku tidak pantas untuk mengeluh.

Tahun dua ribu dua belas, tahun dimana beberapa orang dengan indahnya masuk ke dalam hidupku dan mengisi hari-hariku. Tahun dimana meskipun waktu yang kuhabiskan bersama keluarga hanya sebentar, namun sangat berharga. Tahun dimana aku bahwa resolusiku tahun depan hanyalah dua: menghabiskan sebanyak waktu bersama mereka yang kusayangi dan melakukan hal-hal yang kusenangi.

Hidup terlalu pendek, satu hal yang kutakuti adalah tidak memiliki waktu yang cukup banyak bersama orang-orang yang kusayangi.

7.23.2012

Pembuangan Filosofi Kolot I

Tulisan ini akan kuawali dengan 3 hal yang tidak memiliki kaitan yang erat:

Pertama. Panggil aku si penunda. Seharusnya sekarang aku telah menyelesaikan laporan kerja kelompok kelas bahasa Jepangku, namun baru sebaris kalimat yang terdiri dari karakter hiragana, katakana dan kanji yang telah kutulis.

Kedua. Sudah lebih dari 24 jam aku telah mengdeaktivasikan akun Facebookku, ternyata tidak sesulit yang kupikirkan sebelumnya. Dan untuk 6 - 9 hari kedepan aku akan bebas dari hal yang telah mengencaniku selama 5 tahun itu.

Ketiga. Belakangan ini aku merasa seakan kata-kata yang telah kutuangkan pada kertas-kertas evaluasi kelas mungkin terlalu menyakitkan dan frontal untuk takaran manusia Jepang. Mungkin aku salah, tetapi yang penting aku sudah berusaha untuk jujur.

.