11.27.2010

Antara Hidup dan Penyesalan

Hari ini terlintas ada sebuah penyesalan selama ini dalam diri saya. Sebuah penyesalan atas sebuah keputusan yang telah saya buat. Tetapi kemudian saya mencoba untuk berpikir lagi, buat apa menyesal? Toh, nasi sudah menjadi bubur. Daripada menyesali hal tersebut berkepanjangan, lebih baik menikmati bubur tersebut bukan? Buat apa hidup dipenuhi dengan segala penyesalan?

9.28.2010

Pendidikan Seks dan Istilah Heteroseksual

Hampir selama seluruh hidup saya, saya hidup dalam sebuah budaya yang masih menganggap bahwa seks itu tabu untuk dibicarakan. Meskipun di SD dan SMP saya sudah mendapat pendidikan seks, tetapi hal tersebut sayangnya tidak 'dilanjuti' di SMA saya. Namun saya beruntung memiliki keluarga yang cukup liberal untuk membicarakan mengenai pemahaman akan seks. Sehingga saya pun tidak perlu tanya teman ataupun melakukan hal-hal bodoh, hanya karena minimnya pemahaman akan seks.






Saya jadi teringat akan seorang teman saya, ketika itu kami duduk di kelas 6 SD. Karena rasa penasaran akan keingintahuan mengenai apa itu seks (pertanyaan yang sangat simpel bukan?), ia pun mencoba untuk menggoogle 'seks'. Tetapi bukan pada komputer rumahnya, melainkan komputer sekolah, lebih tepatnya komputer kelas kami. Dalam sebuah budaya yang merasa bahwa seks itu tabu untuk dibacarakan, jadilah kejadian tersebut sebuah masalah. Guru-guru saya pun 'menasehati'nya dan sedikit 'mencercanya', ia dianggap salah dan 'melanggar norma'. Padahal kalau ditinjau lagi, pertanyaan sesimpel "apa itu seks?" adalah sebuah hal yang sering dijumpai di kalangan anak-anak praremaja. Namun banyak pihak masih belum mengerti bagaimana memberi pendidikan seks pada anak, dan lebih lagi menjelaskan mengenai seks pada anak-anak yang masih lugu akan seks itu sendiri. Sehingga terjadilah kekeliruan pengertian akan seks, termasuk istilah-istilah seks (yang kemudian karena minimnya pemahaman banyak yang menggunakan istilah-istilah tersebut sebagai lelucon, padahal apabila mereka mengerti dengan jelas, mereka pun tidak akan menggangap hal-hal tersebut lucu. Hingga persepsi yang keliru mengenai apa yang dianggap porno).






Kejadian-kejadian seperti itu seyogianya perlu ditindaklanjuti secara menyeluruh, anak tidak dapat sepenuhnya disalahkan dan dihakimi begitu saja. Pihak-pihak lain seperti orang tua, sekolah dan guru pun harus menginstropeksi lebih lanjut lagi. Apakah pendidikan seks sudah dijalankan? Dan kalaupun sudah, apakah sudah berjalan dengan baik dimana anak-anak pun sudah mulai dapat memahaminya secara dewasa? Sehingga semua kekeliruan dan bias akan seks pun dapat dihindari, dan lebih dari itu semua anak-anak pun paham akan seks itu sendiri dan dapat melihatnya secara dewasa dan terbuka.






Karena kerap kali dijumpai, mereka-mereka yang minim pendidikan akan seks kemudian memiliki persepsi yang keliru. Mereka juga pada dasarnya bingung, bahwa mereka harus bertanya pada siapa? Terlebih apabila di sekolah tidak ada pendidikan seks, orang tua yang merasa tidak pantas untuk membicarakan mengenai seks pada anaknya, dan guru yang sering menghakimi dengan kata-kata seperti ini misalnya "dasar kamu pikirannya jorok mulu". Bagaimana anak tidak bingung? Kemudian anak pun harus bertanya pada siapa? Sementara teman-teman mereka tidak semuanya bisa menjelaskan secara 'dewasa'.









Salah satu kejadian yang membuat saya kemudian berpikir, betapa minimnya pendidikan seks di kalangan anak-anak dan remaja (terutama dalam komunitas sekolah), adalah ketika beberapa dari teman saya yang masih keliru akan istilah 'heteroseksual'. Padahal usia mereka sudah menginjak hampir 17 tahun, beberapa bahkan sudah 17 tahun (yang notabene di Indonesia sudah termasuk dalam kategori 'legal', punya KTP).






Diawali dengan pembicaraan mengenai pandangan kami akan homoseksual, yang kemudian membawa saya sehingga saya mengatakan bahwa saya adalah seorang yang heteroseksual.






"Loh? Heteroseksual? Hetero kan berarti banyak, berarti lo suka punya banyak pasangan dong?", ucap seorang teman saya yang berjenis kelamin laki-laki.






"Huh? Bukan, heteroseksual itu artinya tertarik pada lawan jenis..........", dan belum sempat saya jelaskan secara menyeluruh beberapa teman saya yang lainnya malah tertawa. Ya, mereka lebih percaya dengan definisi teman saya yang tadi, bahwa heteroseksual itu artinya kecenderungan memiliki banyak pasangan.






Sampai akhirnya saya pun sudah 'lelah' untuk berbicara.






Ya, istilah 'sesimpel' heteroseksual pun masih banyak yang suka keliru. Padahal bila dikaji ulang, mudah sekali untuk diartikan. Kata "heteros" dalam bahasa Yunani yang berarti beda, lawannya "homo" yang berarti sama. Pada intinya heteroseksual adalah orientasi seksual yang tertarik pada lawan jenis. Namun tetap saja ada yang masih keliru.






Akhirnya, sekali lagi harus ditekankan bahwa minimnya pemahaman akan seks dan istilah-istilah seks tidak dapat sepenuhnya dibebankan pada anak atau remaja semata. Masih banyak pihak yang sebenarnya turut ikut andil dalam pendidikan seks bagi mereka, mulai dari orangtua, keluarga, guru dan pihak sekolah hingga institusi ataupun komunitas yang berperan dalam 'membesarkan' dan mendidik anak dan remaja.



9.25.2010

åh

Bikram yoga was a lot of work, but it rejuvenates.
I'm planning to be a vegetarian after these 6 months of 'typical asian school work'.
And I think I'm going to fall in love with the college without no departments. We'll just see.

9.23.2010

A pragmatic quote from Kant

"People imagine, indeed that experiments in education is unnecessary, and that we can judge from our reason wheter anything is good or not. This is a great mistake, and experience teaches us that results of an experiment are often entirely different from what we expected. Thus we see that, since we must be guided by experiment, no one generation can set forth a complete scheme of education."
--Kant

9.06.2010

Life is good

Oh wow, it has been 2 months since I left Harstad. And yes, it has been a long time.
I guess my English has become much sillier, combined with a little touch of weird Indonesian accent and some Norwegian words. I just hope that those weird speakers won't influenced me-- literally speaking.

Planning about uni, college and stuff is time consuming. It really is. However I am trying to open my mind as wide as possible. Opening myself towards many possibilities.

Mr. Koenig is coming in October. Datarock juga, cuman Datarock kan udah pernah nonton, so I am allocating my dough buat Vampire Weekend. Untuk bernostalgia masa-masa dengerin Contra seharian penuh, masa-masa menunggu bus Stangnes, yeah those days ya know!



FYI. Saya sudah selesai baca The Cather in the Rye.

5.02.2010

Daftar, list, liste (5) and a little bit of random

five cities i would love to visit
Reykjavík, Iceland
Ulan Bator, Mongolia
Almaty, Kazakhstan
Marrakech, Morocco
São Paulo, Brasil

my norwegian playlist
Kings of Convenience - Me In You
Madrugada - Lift Me
Thomas Dybdahl - From Grace
Moddi - Magpie Eggs
John Olav Nilsen & Gjengen - Valiumsvalsen

baby names
Karenina
Svetla
Solveig
Sondre
Katon


    one of my favorite stores:

    MONKI

    one song which i love listening to in the past few weeks:

    Diplomat's Son - Vampire Weekend

    Trasig banget mereka ke Arendalnya 2 Juli, tepat pas saya pulang kampung :(

    love og klem,

    a.

Life, I love you more each day

And so I realized that I will never be the warmest person you meet at the first time, maybe at the second time. Meskipun saya sudah pindah sekolah sekian kali, tetap saja saya adalah saya, bukan tipe orang yang 'rame' dari awal. Bukan pula tipe orang yang bakal dengan lantang menyapa Anda bila saya hanya baru bertemu dengan Anda sekali, dua kali atau tiga kali. Bukan tipe orang yang selalu mengambil inisiatif untuk 'mengenal lebih dekat', hanya kadang-kadang. Mungkin beberapa hal tersebut yang membuat mereka menempatkan saya disini.
Hidup Norwegia saya secara garis besar menyenangkan. Ya, secara garis besar. Apakah saya ingin pulang? Ya, nanti bulan Juli. Mungkin kalau saya tinggal di Bergen, saya pasti akan lebih tidak ingin untuk pulang kampung. Tetapi lama-lama kalau mau jujur, saya rindu akan tantangan-tantangan yang 'kota besar' sodori. Itulah yang saya belum banyak temui di kota kecil seperti Harstad. Tetapi pada intinya, I don't regret a thing from this 'part of life'.
Salju masih melekat di daratan Harstad dan kebanyakan daerah Norwegia bagian utara. Suhu terkadang masih minus, meskipun hanya satu atau dua.

Anyways, semakin lama saya disini semakin banyak harapan dan mimpi, baik untuk saya pribadi maupun untuk orang banyak di masa yang akan datang (weeheee). Beberapa diantaranya (mimpi untuk saya pribadi):
  • Kerja jadi kasir di Aksara. Perlu digarisbawahi bukan untuk gajinya. Tapi dari dulu saya senang aja berada di Aksara :) Oh ya dan mereka ngejual lumayan banyak CD-CD Norske artister (berharap semoga salah satu bos Aksara baca post ini dan langsung mengrekrut saya hahaha. jarang-jarang loh orang yang punya kualifikasi bisa bahasa Norwegia di Jakarta).
  • Travelling dari Beijing ke Moskow dengan TransSiberia! Sambil mampir di Ulan Bator, Mongolia.
  • Jalan-jalan ke Islandia. Jadi ingat mimpi saya setahun yang lalu, saat masa-masa belum punya kepastian bakal berangkat kemana. Saya sempat mimpi saya berangkat AFS ke Islandia (padahal jelas-jelas Islandia tidak termasuk dalam daftar, ya namanya juga mimpi).
  • Menerbitkan sebuah novel, yang terinspirasi dari 10, 5 bulan saya disini. Tidak peduli bakalan laku atau enggak, yang penting terbit :)
  • Tinggal di Bergen untuk satu tahun. Sudah dua kali ke Bergen, dan semakin jatuh cinta sama Bergen <3

Salam sayang untuk semuanyah.




1.26.2010

Kejadian

Saya baru saja merayakan 5 bulan saya berada di Norwegia. Senang dan sekaligus sedih. Tidak perlu dijelaskan mengapa. Tapi intinya saya menikmati hari-hari saya disini, meskipun tidaklah selalu mudah tentunya.
Hal-hal yang membuat bibir saya langsung senyum pasta gigi adalah ketika orang-orang terdekat saya disini bilang, "Kamu layaknya seorang orang Norwegia" atau "I think that you are Scandinavian at heart". Saya belum tahu pasti apa yang membuat beberapa orang berkata seperti itu, tetapi yang pasti saya senang ketika orang-orang mengatakan hal-hal tersebut ke saya, baik secara langsung atau tidak. Tetapi lebih dari itu semua saya setiap harinya makin bangga dilahirkan sebagai orang Indonesia :-)
Sudah begitu banyak kejadian yang terjadi dalam tempo 5 bulan ini, dan kejadian yang paling saya ingat adalah kejadian-kejadian yang 'tidak biasa' terjadi dalam hidup saya. Hal tersebut membuat saya jadi berpikir, ada bagusnya juga bila kita melenceng sedikit dari masyarakat, biar diingat sama orang hahaha.
Kejadian Mengenai Usia
Kejadian yang pertama terjadi saat saya baru saja memulai perjalanan saya. Ketika saya baru memasuki pesawat dari Singapura menuju London, sambil memberikan sebuah senyuman saya menunjukan tiket pesawat kepada pramugari maskapai Inggris itu. Sekian detik berlalu tiba-tiba di tangan saya sudah ada 2 buah goodie pack untuk anak-anak. Saya tidak bisa bilang apa-apa lagi selain "terima kasih". Saya jadi berpikir, apakah wajah saya sekanak-kanak itukah? Hahaha, yang penting pikiran saya tidak.
Kejadian berikutnya adalah minggu lalu, ketika menghadiri perayaan sabuk baru klub Tae Kwon Do adik saya disini. Kami semua, anak-anak yang ikut Tae Kwon Do beserta segenap keluarganya masing-masing makan siang di sebuah restoran yang menyajikan pizza sebagai menu utamanya. Belum lama saya duduk, di depan saya anak perempuan yang berusia sekitar 8-9 tahun bertanya ke adik saya"apakah itu (menoleh ke saya) ibu kamu?". Saya dan adik saya pun spontan tertawa. Adik saya pun menjelaskan kepada anak perempuan itu, "bukan dia kakak saya dari Indonesia. Kalaupun dia ibu saya akan menjadi sangat aneh, karena itu artinya dia melahirkan saya ketika dia berusia 5 tahun". Hahaha, sekarang saya jadi bertanya, apakah wajah saya setua itukah?
Kejadian Mengenai Penggunaan Uang Jajan
Di sebuah akhir pekan, ketika saya pergi ke pasar swalayan saya melihat seorang anak laki-laki berusia sekitar 8-9 tahunan berdiri di depan sebuah kasir. Bukan kasir pasar swalayannya, tetapi di kasir bagian penjualan lotere. Saya diam-diam perhatikan, dia membeli sebuah lotere senilai kr 25. Lotere biasa, yang tinggal 'digosok' menggunakan koin. Tidak lebih dari satu menit, ia langsung 'menggosok' loterenya, lalu kembali menuju kasir bagian lotere. Tampang-tampangnya ia hanya menang antara kr 25 atau kr 50. Lucu-lucu saja. Saya jadi ingat mengenai sebuah kejadian di Jakarta, sekitar satu tahun lalu. Ketika beberapa anak pengamen jalanan bermain 'judi' dan dijebloskan ke penjara. Coba mereka tinggal disini, pasti tidak akan berurusan dengan polisi.
Disini lotere itu sebuah hal yang segenap lapisan usia gemari, bukan hanya untuk yang 'tua-tua' saja. Kadang untuk hadiah ulang tahun misalnya, orang kasih lotere sebagai hadiah. Bisnis 'pembuatan lotere' disini maju, sejalan dengan ekonominya yang juga maju.
(Bersambung)