6.26.2009

Man in the Mirror

My mind went back to my elementary days, I was 8 at that time and I just watched the fourth-graders sang "We Are The World". The time when my English was very limited, I know that I couldn't understand the whole song as now, but I knew it was such a great song.
Then my mind went back to two years ago, when I first trying to understand the song of "Man In The Mirror". I remembered how Kak Novi was trying to explain something very meaningful out of that song.
And so that was also the reason why I added some of the lyrics to the end of my AFS essay. I believe somehow that was such a wonderful way to end it with his lyrics.
Lastly, it ended with today, when I was awake by his vocal of "I Want You Back", the song which I always set as my alarm.
Wherever you are now, I thank you for all your amazing influences on me. You have always inspired me.

"If you wanna make the world a better place, take a look at yourself and then make a change"



In memory of Michael Jakcon (1958-2009)

6.10.2009

Baca-baca

Baru-baru ini saya membaca beberapa tulisan di dunia maya ini, dan saya menyukainya:
Jembatan Tisu
Kota si Louis dan Katrina
mungkin bisa pula dilihat situs langsungnya disini

Sampai saat ini saya belum juga selesai membaca Larung, tetapi saya janji paling tidak pada akhir bulan saya akan menyelesaikannya. Untuk selanjutnya saya sudah tahu buku apa yang akan saya baca, yang pasti bukan buku sekolah hahaha.

6.09.2009

(Kalau baca sepenuhnya jangan sebagian)

2 bulan terakhir ini sudah diwarnai dengan beragam peristiwa, baik yang terjadi pada diri saya sendiri maupun pada orang lain di belahan bumi lain. Hari Minggu kemarin, saya baru saja membaca artikel "Melodrama Oh Melodrama" yang ditulis oleh Budi Suwarna di harian Kompas. Bagaimana media berperan cukup besar dalam kasus Prita Mulyasari dan Manohara Pinot. Kalau dipikir-pikir memang benar, dan 'lucu' juga menurut saya. Kok kasus yang semestinya menjadi kasus rumahtangganya M malah jadi berita nasional. Heran, mbok ya urusan satu orang aja yang jadi 'ngerepotin' semuanya. Terus lagi, yang membuat saya tambah heran kok banyak orang tertarik sih nonton 'kasusnya M', unneccessary banget aja menurut saya. Orang-orang sekarang jadi semakin tambah 'lucu' saja! Semua yang penting jadi kian 'terlupakan', sedangkan hal-hal yang tidak seberapa penting menjadi semakin penting. Kalau seperti itu terus, kapan bisa majunya ya? Heran saya.
Okay enough with 'those stuffs', harus saya akui bahwa tulisan-tulisan Budi Suwarna benar-benar menggugah, semestinya lebih banyak orang Indonesia khususnya, juga baca. Sayang, orang yang baca koran tambah sedikit setiap harinya. Terutama tulisannya tahun 2007 lalu mengenai pendidikan di Finlandia (judul artikelnya: "Belajar dari Sistem Pendidikan Finlandia" Kompas, 27 November 2007) sampai sekarang masih tertempel di dinding kamar saya. Cobaaa para petinggi di Depdiknas sana termasuk Bapak Bambang Sudibyo, SBY dan JK juga baca, saya rasa yang namanya UAN yang-sangat-tidak-penting itu tidak akan diadakan lagi. COBA SEMUA GURU-GURU DI SEKOLAH SAYA YANG TERCINTA ITU JUGA BACA ARTIKEL TERSEBUT, PASTI MEREKA AKAN MUNTAH NGOMONGIN YANG NAMANYA NILAI. SAYANG SEKARANG BELUM MUNTAH-MUNTAH JUGA. (Maaf kalau jadinya di capslock semua, saya pengen aja biar lebih terlihat, padahal yang dimaksud disitu juga belum tentu baca hahaha). Saya tahu saya seharusnya bersyukur sekali bahwa saya bisa mendapatkan pendidikan yang layak, sedangkan masih banyak anak-anak lain di dunia ini yang belum mendapatkan hal tersebut. Namun jangan juga jadikan hal tersebut sebagai alasan bahwa dunia pendidikan sekarang (di negara saya tercinta khususnya) seperti 'kondisinya' yang sekarang ini. Kalau semestinya pendidikan bisa menjadi lebih baik, mengapa tidak? *sigh*
Kemarin, hari Senin sekolah saya dengan SS* mengadakan tes kemampuan. And I really do think that it was very unneccessary, seakan-akan yang namanya pendidikan itu menjadi suatu hal yang komersil. Orangtua-orangtua berbondong-bondong memasukkan anak-anaknya ke 'tempat-tempat' (ya seperti SS* itu) supaya lulus UAN, masuk universitas favorit dan blablabla. Sementara mereka juga susah payah mencari nafkah, padahal nanti akhirnya uang yang diinvestasikan itu belum tentu sepenuhnya berdampak ke anaknya, melainkan lembaga-lembaga seperti SS* itu. Banyak pihak jadi 'korban' lembaga-lembaga yang 'mengkomersialisasikan' pendidikan, sedih saya melihatnya. Tetapi, coba kalau tidak ada yang namanya UAN dan kurikulum tidak hanya mementingkan nilai semata, maka 'lembaga-lembaga' tersebut akan 'mati dengan sendirinya' karena kliennya jadi nihil. Siapa juga yang butuh lembaga-lembaga seperti itu, kalau UAN tidak ada? Begini ya, saya katakan, daripada mendirikan lembaga-lembaga yang menurut saya nonsense itu, mendingan buat lembaga for those who have learning difficulties, itu jauuuuuuuh lebih bermanfaat! Semoga harapan saya bisa terkabul tahun 2012 (kenapa harus tahun 2012? karena saya rasa 3 tahun waktu yang cukup).
Saya rasa saya sudah cukup mengutarakan sebagian isi otak saya hari ini. Semoga siapapun yang membaca dapat membacanya dengan kacamata yang dewasa dan open minded. Saya sudah lelah dengan beberapa g***-g*** saya yang kurang open minded, anak-anak seperti saya jadi kurang terfasilitasi deh, abis yang g***-g*** suka hanya yang bisa diam dan tenang di kelas, dasar konvensionalis! Hahaha (jangan diambil hati ya para g***-g*** saya, tetapi coba dipikirkan kembali).
Oh ya sebuah hal yang buat saya sangat lucu terjadi seminggu sebelum ulangan umum. Ketika itu guru saya yang berinisial Y sedang 'bercerita' mengenai Revolusi Perancis, dengan coba-coba saya dan teman di depan saya melafalkan nama-nama tokoh Perancis di buku cetak. Lalu kemudian (mungkin dia iri kali ya dengan kami yang sedikit bisa melafalkan nama-nama itu) dengan ke-sok-tahuannya dia bilang "L'etat C'est Moi" seperti ini "ya jadi bacanya Letat Ces Moy". Padahal jelas-jelas yang namanya bahasa Perancis d,s,t,x di akhir kata itu tidak dibaca! Dan yang namanya MOI itu bacanya seperti MWA! Dasar beepy beepy banget deh, makanya lain kali kalau emang tidak tahu ya jangan sok tahu. Jadi jangan heran kalau di dalam hati, saya tertawa terpingkal-pingkal hingga wajah saya memerah. Bagaimana tidak?

Ok, saya rasa ini cukup untuk malam ini (sebenarnya sih belum).
God natt.

6.03.2009

Well..

Gara-gara kasus yang menimpa Prita Mulyasari saya jadi semakin waspada untuk menulis hal-hal di dunia maya, apalagi saya terkadang cenderung gemar mengomentari dan mengkritik hal-hal di sekitar saya. Memang sih akhirnya beliau dibebaskan (menjadi tahanan kota selama 30 hari). Tetapi tetap saja masih akan ada beberapa oknum-oknum yang mungkin akan bertindak seperti RS Omni, bukan? Saya tentunya berharap kasus seperti itu tidak terulang lagi, dan terlebih semoga kebebasan untuk mengemukakan pendapat lebih bebas lagi di negara ini, tidak terinjak-injak oleh beberapa pihak(seperti Anda ketahui). Dan selamat bagi Ibu Prita Mulyasari, kami mendukung Anda!

5.19.2009

Are you one of them?




(I think I'm probably one of them.. tsk tsk)


Masih ingat postingan saya mengenai how people are exaggerately enjoying virtual socializing lately? (kalau belum, klik disini). Dan ternyata, guess what? Hal tersebut memang benar-benar terjadi, semakin banyak orang (orang Indonesia maksudnya) menjadi online time wasters. Karena yang rata-rata mereka lakukan ketika mengakses internet adalah membuka situs-situs social networking, terutama Facebook dan Friendster. Dan yang sekarang juga semakin meningkat adalah situs-situs micro-blogging atau micro-messaging. I don't mean to say that those sites are non sense atau apalah. Tetapi yang menjadi masalah sekarang bagi para pengakases internet di Indonesia adalah, mereka menjadi konsumen situs-situs tersebut secara berlebihan dan pada akhirnya menjadi online time wasters. Tidak percaya? Ini buktinya.



Akses terhadap situs jejaring sosial Friendster menurun, seiring dengan munculnya situs jejaring sosial Facebook.

Sekarang situs-situs seperti Plurk dan Twitter juga sedang 'mewabah'.


Masih belum percaya juga?
(Berdasarkan data sejak 12 bulan terakhir)
Menurut Google Trends, orang Indonesia paling banyak memiliki account Friendster paling banyak:
1. Indonesia
2. Filipina
3. Malaysia
4. Amerika Serikat
5. Singapura
Sedangkan pada situs jejaring sosial Facebook, Indonesia 'masih' menempati posisi ke 4.:
1. Amerika Serikat
2. Inggris
3. Italia
4. Indonesia
5. Perancis
Untuk situs Plurk:
1. Taiwan
2. Indonesia (dengan 30,000 pengakses setiap harinya)
3. Filipina
4. Amerika Serikat
5. China
Dan untuk situs Twitter, Indonesia 'baru' masuk di sembilan teratas:
1. Amerika Serikat
2. Inggris
3. Jepang
4. Kanada
5. Jerman
6. Australia
7. India
8. Brasil
9. Indonesia

Dan ingat peringkat ini akan terus meningkat, apabila Anda terus mengaksesnya setiap hari! Hehehe :D


Selain itu Yahoo! bahkan sempat meneliti mengenai perilaku kaum muda Indonesia mengenai internet. Dan hasilnya lama kelamaan kaum muda Indonesia cenderung lebih mengutamakan internet sebagai sumber untuk mencari informasi, dan mulai meninggalkan buku serta koran. Sekali lagi, saya tidak bermaksud menjelek-jelekan akan penggunaan internet disini. Namun, di kasus ini kaum muda menjadi sangat tergantung pada internet, media yang lebih terpercaya kian dilupakan. Beberapa situs internet memang dapat dipercaya, namun yang membedakan dengan buku maupun koran adalah bahwa dalam informasi yang tercetak di buku maupun koran sudah berkali-kali dibaca ulang dan ditinjau lebih lanjut baik oleh editor maupun redaksi ataupun proof reader. Jadi kecenderungan akan kesalahan atau penulisan dengan pandangan-pandangan yang sempit pun lebih minim. Saya masih ingat betul, suatu ketika guru saya memberikan tugas kepada kelas saya untuk mencari informasi mengenai bencana Situ Gintung. Salah seorang dari teman saya yang saat itu internetnya sedang 'tidak benar' berkata pada saya, "drey, boleh tolong nitip cariin sama printin informasi Situ Gintung ga? Satu lembar aja. Internet gua lagi ga bener nih soalnya." Saya bukannya tidak mau membantu, tetapi apakah cari informasi HANYA dari internet? Tidak, kan? Permintaan teman saya tersebut menggambarkan betapa kaum muda Indonesia seakan tidak memiliki pilihan lain, apabila koneksi internetnya tidak dapat berjalan dengan baik (dengan tidak bermaksud mengeneralisir). Orang-orang seakan-akan menjadi lupa akan keberadaan hal lain seperti koran, misalnya. Ironis.


Semoga Kompas tidak akan hengkang dari bisnis media 20 tahun mendatang. Dan semoga orang-orang (Indonesia khususnya) bisa lebih memporsikan 'konsumsi'nya akan internet terutama, secara lebih bijak. Pada akhirnya semua itu baik adanya, asalkan dengan porsi yang 'pas' tidak lebih dan tidak kurang.

**Sumber data: Indonesia Matters "Online Time Wasters"
***Please don't take any of this personally. I hope you can understand that. Thank you.


~~~

My Green Thought of the day
Orang-orang terus berpikir bahwa daripada menggunakan kertas untuk mencetak dokumen-dokumen yang tidak seberapa penting, lebih baik mereka mengirimnya lewat email. Tetapi lama kelamaan saya jadi berpikir, mungkin cara tersebut memang menghemat kertas dan conserving the forest for sure. Tetapi bukankah dengan mengirim email, juga harus membuang sekian energi untuk komputer/any those messaging devices bisa bekerja? Itu di sisi lain menjadi tidak energy-saving. Sekarang saya jadi bingung, mana yang lebih baik.

My Green Feeling of the day
Saya kesal, karena 'tukang fotokopi' yang kemarin saya minta untuk memfotokopi setumpuk kertas malas memfotokopinya secara bolak-balik. Padahal saya sudah memintanya untuk please fotokopinya bolak-balik aja. Wasting paper! gggrrr :@ hahaha

5.10.2009

Dalam Tumpukan Kertas

Sebuah tulisan yang kutemukan di tumpukan kertas di kamar. Aku masih belum tahu siapa yang menulisnya. Mungkin dirimu lebih tahu daripada aku.


Tentang Waktu
Hidup...
Ketika seorang datang ke dalam hidupmu
Membuat hatimu gembira hingga meleleh
Tetapi ada sesuatu yang membatasinya
Waktu...
Ketika batasan itu hendak menjemput
Yang tersisa hanyalah hitungan hari
Tetapi perasaan itu masih muncul
Hilang...
Ketika perasaan itu hilang perlahan
Seorang yang lain muncul
Ia bisa jadi orang baru, bisa pula lama
Aku...
Aku masih belum tahu
Karena waktu itu masih belum menjemputku
Mungkin sudah menjemputmu
Perasaan itu mulai hilang perlahan
Mengapa?
Karena sudah ada orang lain yang mengisimu
Dan aku kira kamu belum sadar akan hal itu
Tetapi...
Belum ada orang lain yang mengisiku
Aku hanya perlu bersabar
Dan menunggu waktu
Karena nantinya aku tahu
Bahwa waktu itu juga akan datang
Hanya belum tahu kapan pastinya
Waktu...
Aku masih bersabar
Kamu...
Karena waktu aku harus meninggalkanmu
Dan karena kamu aku harus meninggalkan
Waktu...
Aku tidak ingin mengulangnya lagi dan lagi
Aku hanya berharap yang terbaik untuk hidupmu
Dan juga hidupku

Salam cinta untuk A